Lebih Baik Mana Antara Musuh Yang Sholih Atau Teman Tapi Rusak Akhlaqnya ?
Teman dan musuh adalah dua konsep yang berlawanan dan memiliki perbedaan yang mendasar dalam hubungan antarindividu. Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara teman dan musuh:
1. Affiliation atau Keterkaitan:
Teman: Teman adalah orang yang memiliki keterkaitan positif dengan Anda. Mereka adalah individu yang Anda pilih untuk dekat dan saling mendukung satu sama lain.
Musuh: Musuh, sebaliknya, adalah individu atau kelompok yang memiliki konflik atau ketidaksetujuan dengan Anda. Hubungan dengan musuh biasanya dicirikan oleh ketegangan, permusuhan, atau perselisihan.
2. Perasaan dan Emosi:
Teman: Hubungan dengan teman umumnya dicirikan oleh rasa percaya, dukungan, dan keterbukaan. Anda merasa nyaman berbagi pengalaman dan perasaan dengan teman.
Musuh: Hubungan dengan musuh seringkali dicirikan oleh perasaan tidak suka, ketidakpercayaan, dan mungkin bahkan rasa takut atau permusuhan.
3. Tujuan dan Keuntungan:
Teman: Teman biasanya menjadi pendukung Anda dalam mencapai tujuan hidup. Hubungan dengan teman seringkali saling menguntungkan dan membangun.
Musuh: Musuh cenderung memiliki tujuan yang bertentangan dengan Anda, dan hubungan dengan mereka mungkin bersifat bersaing atau merugikan.
4. Interaksi dan Komunikasi:
Teman: Interaksi dengan teman biasanya penuh dengan komunikasi terbuka, saling pengertian, dan respek terhadap perbedaan pendapat.
Musuh: Interaksi dengan musuh dapat dicirikan oleh konfrontasi, pertengkaran, atau bahkan keengganan untuk berkomunikasi.
5. Perubahan Hubungan:
Teman: Hubungan dengan teman dapat berkembang seiring waktu dan mengalami perubahan positif.
Musuh: Hubungan dengan musuh cenderung sulit berkembang ke arah yang positif, dan seringkali memerlukan penyelesaian konflik yang mendalam.
Penting untuk diingat bahwa sifat hubungan antara teman dan musuh sangat kompleks, dan tidak semua hubungan dapat dikelompokkan secara jelas ke dalam salah satu kategori ini. Beberapa hubungan mungkin memiliki elemen-elemen dari keduanya, tergantung pada dinamika individu dan situasional.
Memiliki Musuh yang Soleh dan Baik.?
Lalu bagimana jika anda memiliki Musuh yang mana posis musuh anda ada dalam kebenaran dan kebaikan, sedangkan anda malah sebalaiknya, yaitu dalam posisi salah dan tidak baik, sehingga menganggap kebaikan adalah Musuh anda.?
Bahkan anda bersahabat dengan orang-orang bodoh dan bejad dalam kebaikan dan kesalehan.
وَقَالَ سُفْيَانُ:
" كَانَ يُقَالُ: أَنْ يَكُونَ لَكَ عَدُوٌّ صَالِحٌ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَكُونَ
لَكَ صَدِيقٌ فَاسِدٌ , لِأَنَّ الْعَدُوَّ الصَّالِحَ يَحْجِزُهُ إِيمَانُهُ أَنْ
يُؤْذِيَكَ أَوْ يَنَالَكَ بِمَا تَكْرَهُ , وَالصَّدِيقُ الْفَاسِدُ لَا يُبَالِي
مَا نَالَ مِنْكَ
"
حلية الأولياء
Imam
Sufyan bin 'Uyainah rahimahullah
berkata:
Dahulu
dikatakan, bahwa engkau punya musuh yang sholih itu lebih baik dari pada engkau
punya teman yang rusak akhlaqnya.
Karena
musuh yang sholih itu imannya akan mencegahnya untuk menyakitimu atau
menimpakan kepadamu hal yang engkau benci.
Sedangkan
teman yang rusak akhlaqnya, ia tak akan peduli dengan apa yang menimpamu.
Hilyatul
Auliya'
Bunyi dari pepatah bijak arab tersebut adalah
عَدُوٌّ عَاقِلٌ خَيْرٌ مِنْ صَدِيْقٍ جَاهِلٍ
Teks tulisan latin ‘Aduwwun ‘aaqilun khairun min shadiiqin jaahilin
Artinya dalam bahasa Indonesia : Musuh yang pandai, lebih baik daripada teman yang bodoh.
Nasehat dan arahan bagi seorang Sahabat
عن بكر بن عبد الله المزني رحمه الله قال: تذلل المرء لإخوانه، تعظيم له في أنفسهم. [الحلية (تهذيبه) ١/ ٣٧١].
Dari Bakar bin Abdillah al-Mazani Rahimahullah berkata: Merendahnya seseorang bagi saudaranya adalah sebuah bentuk memuliakan baginya pada diri saudara-saudaranya (Tahdzib Juz 1 Hal 371)
وعن العُتْبيّ قال: قالت أعرابية لابنها: يا بنيّ، إياك وصُحْبةَ مَن مودّته بِشْرُهُ فإنه بمنزلة الريح. [عيون الأخبار ٣/ ٨٠].
Dari al-Uthba berkata: Berkata seorang Wanita arab kepada anaknya: Wahai anakku, hindarilah persahabatan kepada seseorang yang kecintanya adalah (ada pada) kesenanganya (saja), maka sesungguhnya persahabatan itu ibaratkan angin (yang mudah berlalu) [Uyunul Akhbar Juz 3 Hal 70]
Saling Memberikan Hadiah kepada Saudara
وقال بعضهم: [عيون الأخبار ٣/ ٤١].
Berkata Sebagian ulama dalam kitab Uyunul Akhbar Juz 3 Hal 41
إنَّ الهديَّةَ حُلوةٌ ... كالسِّحر تَجتَلِبُ القلوبَا
Sesungguhnya hadiah itu adalah (memiliki rasa) manis, Ibaratkan sihir yang akan menarik banyak hati
تُدنِي البغيضَ من الهوى ... حتى تُصَيِّرَه قريباَ
Mendekatkan kebencian dari hawa nafsu, sehingga menjadikanya sebuah kedekatan
Berteman denga orang-orang yang berilmu (waras)
وعن عبد الله بن طاووس رحمه الله قال: قال لي أبي: يا بني صاحب العقلاء تنسب إليهم، وإن لم تكن منهم، ولا تصاحب الجهال فتنسب إليهم وإن لم تكن منهم. [الحلية (تهذيبه) ٢/ ٣١].
Dari Abdullah bin Thawus Rahimahullah: berkata Ayahku kepadaku: Wahai anakku bersahabatlah dengan orang-orang yang berakal (Berilmu) maka engkau akan di nisbatkan (kaitkan) kepada mereka, walau kamu tidak dari bagian mereka. Dan janganlah engkau bersahabat dengan orang bodoh, maka kamu akan di nisbatkan (dikaitkan) kepada mereka, walaupun engkau tidak bagian dari mereka
Batasan seorang Mu’min
وقال يحيى بن معاذ رحمه الله: ليكن حظ المؤمن منك ثلاثًا: إن لم تنفعْه فلا تضرّه، وإن لم تُفرحْه فلا تغمّه، وإن لم تمدحْه فلا تذمّه. [صفة الصفوة ٤/ ٣٤٠].
Berkata Yahya bin Muadz Rahimahullah: "Agar terlaksana sebuah batasan seorang mu’min darimu itu ada tiga: Jika kau tidak bisa memberikan manfaat kepadanya, maka janganlah kamu membahayakanya. Jika kamu belum bisa membahagiakanya, maka janganlah membuat bungung kepadanya. Jika kamu belum bisa memujinya maka janganlah kamu mencacinya".
Saling mengunjungi persahabatan:
وقال بعضهم: [عيون الأخبار ٣/ ٣٣].
Berkata Sebagian Ulama (Uyunul Akhbar juz 3 Hal 33)
إذا شِئتَ أن تُقْلَى فَزُرْ متتابِعًا ... وإن شئت أن تزداد حُبًّا فزُرْ غِبَّا
Jika kamu mau pertemuan, maka datangilah secara terus menerus, jika kamu ingin bertambah kecintaan, maka datangilah jarang-jarang
وقال بعضهم: [عيون الأخبار ٣/ ٢٣].
Berkata Sebagian Ulama (Uyunul Akhbar juz 3 Hal 23)
أقْلِل زيارتك الصّديـ ... ـقَ يراك كالثوب استجدَّهْ
Kurangilah kedatanganmu terhadap sahabat, agar dia menilaimu bagaikan pakaian yang memperbaharuinya (gota-ganti untuk dipakai)
إنّ الصديق يُمِلُّه ... أَلاَّ يزالَ يراك عندَهْ
Sesungguhnya seorang sahabat akan bosan terhadapnya, agar tidak henti-hentinya dia memandangmu selalu disisinya
Saling Menasehati dan membutuhkan Nasehat
وعن جعفر بن برقان، قال لي ميمون بن مهران رحمه الله: يا جعفر! قل لي في وجهي ما أكره، فإن الرجل لا ينصح أخاه حتى يقول له في وجهه ما يكره. [الحلية (تهذيبه) ٢/ ٥٤].
Dari Ja’far bin Barqan, Berkata kepadaku maimun bin Mihran Rahimahullah: “Hai Ja’far ! Katakan padaku tentang wajahku apa yang tidak disukai, sesungguhnya seorang lelaki tidaklah menasehati saudaranya sehingga dia mengatakan kepada saudaranya apa yang didak disukai pada wajahnya” [Hilyah (Tahdzibah) uz 6 Hal 54]
Mudah Memaafkan
وقال بعضهم: [عيون الأخبار ٣/ ١٩٣].
Berkata Sebagian Ulama (Uyunul Akhbar juz 3 Hal 193)
من عفّ خفّ على الصَّديقِ لقاؤه ... وأخو الحوائج وجهُه مَمْلولُ
Barangsiapa yang memaafkan, maka akan mudah atas sahabat untuk bertemunya (mudah akan pertemuan), dan orang yang banyak kebutuhanya (meminta-minta), maka wajahnya membosankan (susah akan pertemuan).
Jangan memberi seuatu yang tidak disukai
وقال محمد بن سيرين رحمه الله: لا تكرم أخاك بما يكره. [الزهد للإمام أحمد / ٥١٥].
Berkata Syaih Muhammad bin Sirrin Rahimahullah: “Jangan memuliakan saudaramu dengan sesuatu yang dia tidak sukai”
وقال أيضًا رحمه الله: كانوا يقولون: لا تكرم صديقك بما يشق عليه. [الزهد للإمام أحمد / ٥١٥].
Beliau Rahimahullah berkata juga: :”Janganlah kamu memuliakan sahabatmu dengan sesuatu yang membuat susah pada diri sahabatmu”
وعن ابن سيرين رحمه الله أنه كان يقول:
Dari Ibnu Sirriin Rahimahullah: bahwasanya beliau pernah berkata:
إنك إن كلفتني ما لم أطق ... ساءك ما سرك مني من خلق
“Jika engkau membebani aku akan sesuatu yang tidak aku mampu (melaksanakanya), maka (akan berdampak) buruk kepadamu apa yang menjadi kebahagiaanmu (cita-cita) dariku dari sebuah tindakan”
[الحلية (تهذيبه) ١/ ٣٩٠]
AL-Hilyah (Tahdzibah) juz 1 Hal 390
وقال مالك بن دينار رحمه الله: كل أخ وجليس وصاحب لا تستفيد منه في دينك خيرًا فانبذ عنك صحبته. [الحلية (تهذيبه) ٢/ ٣٣٤].
Berkata Malik bin Dinar Rahimahullah: Setiap saudara dan teman duduk dan sahabat yang tidak memberikan manfaat baik darinya pada Agamamu, maka tinggalkanlah persahabatanya darimu [Hilyah (Tahdzibah) Juz 2 Hal 334]
Dari Khatim al-Asham berkata: “Temanilah manusia sebagimana menemani sebuah Api, ambilah manfaatnya dan jauhilah (hati-hatilah) akan api itu bisa membakarmu”. [(Tahdzibah) Juz 6 Hal 507]
وعن الجنيد بن محمد قال: كنت أعود السري السقطي رحمه الله في كل ثلاثة أيام عيادة السُّنَّة، فدخلت عليه وهو يجود بنفسه، فجلست عند رأسه، فبكيت وسقط من دموعي على خده، ففتح عينيه ونظر إليّ فقلت له: أوصني، فقال: لا تصحب الأشرار، ولا تشتغل عن الله بمجالسة الأخيار. [الحلية (تهذيبه) ٣/ ٢٨٩].
Aku berkunjung kepada Syaikh Sirri Saqthi Rahimahullah di setiap 3 hari sebagai kunjungan sunnah, maka aku masuk ke kerumahnya dan dia sedang sekarat, maka aku duduk disebelah kepalanya, maka aku menagis dan mencucurkan air mataku jatuh ke pipinya (syaikh Sirri), maka dia membuka kedua matanya dan memandangku dan aku berkata kepadanya: Nasihatilah aku.! Dia berucap: Janganlah kamu berteman dengan orang-orang yang buruk, dan janganlah engkau tersibukan jauh dari Allah dengan (sekedar) berkumpul dengan orang-orang pilihan [Al-Hilyah (Tahdzibah) Juz 3 Hal 289]
0 Komentar